Nanang (50), Warga Kampung Babakan Cikundul, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, terbaring lemah di rumahnya selama enam bulan terakhir tanpa kepastian diagnosis medis dan penanganan lanjutan, sembari harus mengasuh anaknya yang masih berusia empat tahun. (Foto: Red)
CIANJUR - Seorang warga Kampung Babakan Cikundul RT 01 RW 18, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, bernama Nanang (50), tercatat telah enam bulan terakhir terbaring sakit di rumah tanpa kepastian diagnosis medis dan tanpa penanganan lanjutan dari fasilitas kesehatan rujukan.
Nanang yang berstatus duda setelah istrinya meninggal dunia, hidup seorang diri bersama anaknya yang masih berusia empat tahun. Kondisi sakit berkepanjangan membuat Nanang tidak mampu bekerja dan kehilangan sumber penghasilan, sementara ia juga tidak memiliki pendamping keluarga tetap untuk membantu perawatan maupun pengasuhan anaknya.
Menurut keterangan kerabatnya, Ujang Hasan (40), sejak pertama kali jatuh sakit, Nanang hanya mendapatkan penanganan medis terbatas dari tenaga kesehatan setempat. Pemeriksaan lanjutan ke puskesmas maupun rumah sakit rujukan belum pernah dilakukan, meski kondisi fisik Nanang terus menurun.
“Sudah sekitar enam bulan dia hanya terbaring. Penanganannya sebatas diperiksa mantri dan diberi obat. Keluhannya cukup serius, sering sesak napas dan nyeri di bagian lambung, tapi belum pernah diperiksa secara menyeluruh,” ujar Ujang Hasan, Sabtu (13/12/2025) kemarin.
Hingga berita ini disusun, keluarga menyebut belum ada kunjungan maupun pendataan langsung dari aparatur Pemerintah Desa Sukanagalih terkait kondisi Nanang, baik untuk keperluan layanan kesehatan lanjutan maupun bantuan sosial.
“Dari pihak desa belum ada yang datang melihat langsung kondisinya,” tambah Ujang.
Hal senada disampaikan Nanang. Ia mengaku selama sakit hanya dikunjungi oleh Ketua RT, mandor, serta unsur karang taruna setempat. Tawaran untuk dibawa ke rumah sakit sempat disampaikan, namun tidak disertai pendampingan yang memungkinkan, terutama terkait pengasuhan anaknya selama menjalani perawatan.
“Saya sempat ditawari dibawa ke rumah sakit, tapi saya tidak bisa meninggalkan anak saya. Tidak ada yang menjaga kalau saya harus dirawat,” ujar Nanang lirih.
Nanang juga menyampaikan bahwa hingga kini aparatur pemerintah desa belum pernah datang secara langsung ke rumahnya, meski kondisi sakitnya telah berlangsung cukup lama dan diketahui warga sekitar.
“Saya hanya ingin tahu penyakit saya apa. Saya butuh pemeriksaan yang jelas,” katanya.
Akibat sakit berkepanjangan tersebut, Nanang kehilangan mata pencaharian. Bantuan sosial yang diterima dinilai tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun biaya pengobatan.
“Saya tidak bisa bekerja. Bantuan yang ada tidak cukup untuk kebutuhan hidup dan berobat,” ungkapnya.
Kondisi Nanang mencerminkan masih terbatasnya akses layanan kesehatan lanjutan dan pendampingan sosial di tingkat desa, khususnya bagi warga sakit kronis yang hidup dalam kondisi rentan. Keluarga dan warga berharap adanya perhatian serta tindak lanjut dari Pemerintah Desa Sukanagalih, puskesmas setempat, Dinas Kesehatan, serta instansi terkait agar Nanang segera mendapatkan pemeriksaan medis menyeluruh dan pendampingan sosial sesuai kebutuhan. (Red01)
