Anak dari Bapak Wahyu Dalam Keadaan Cacat Sejak Lahir Tak Berdaya Harapkan Bantuan Dermawan (Foto : InfoSembilannews.com)
CIANJUR - Anak yang Disabilitas, Seorang Ayah Hanya Bisa Pasrah Menangis, Tak Mampu Memberi Nafkah untuk Buah Hati. Karna melihat seorang anak dalam keadaan cacat tak berdaya, tentunya siapa yang ingin lahir dalam keadaan anak yang sedang cacat.
Dan juga bertempat tinggal sekarang di rumah nya pak Opan Atas kerelaan sekarang aku bisa tidur di rumah nya. Sebelumnya kemaren tidur di gubuk di pinggir kebun. Bertempat sekarang, Kampung Cijedil, RT 01/RW 03, Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Selasa (21/10/2025)
Pak Wahyu (33) mengatakan, kami dikaruniai 5 anak sama yang lagi mengandung 1, salah satu yang fisiknya tidak normal sehingga semakin menyulitkan hidup kami ketika semakin dewasa. Dan juga dalam keadaan
Kaki kami sekarang ini tidak sempurna, baik cara dalam berjalan tidak normal.
Dengan hal itu lah yang lantas membuatnya kami susah sekali dalam bekerja dan mencari pekerjaan. Oleh karna itu banyak orang ragu karena kondisi fisik kaki yang tidak bisa berjalan, mungkin mereka sudah merasa menjadi iba duluan saat kami melamar pekerjaan.
Masih kata pak Wahyu, pernah mencari pekerjaan di tempat di peternakan sapi, maupun ternak domba, dan juga diproyek bangunan, tidak ada satupun yang mau memberi kesempatan, padahal bekerja sebagai buruh kasar sekalipun kami siap.
Karna dalam hati kami pekerjaannya apa saja akan dilakukan demi bisa menghidupi seorang istri, 4 anak dan satu dalam masih kandungan. Karna di antaranya salah satu anak kami punya fisiknya yang tidak sempurna, dan keinginan kami pada anak tentunya ingin menyekolahkan anak. Namun tidak mampu tidak ada satu pun anak yang sekolah.
Sehingga butuh dana tuk keperluan sekolah jadi tidak ada satu anak yang sekolah, karena tidak mampu untuk membeli perlengkapan seragam sekolah. Kami sempat menjadi penjual kresek di pasar, keuangan keluarga kami semakin kritis menipis karena tidak ada lagi pemasukan.
Sebagai seorang kepala keluarga, kami sebenarnya sangat malu, pada anak dan istri kami karna tak mampu memberikan kebahagian kepada seorang istri dan lima anak. Padahal dalam hati kami ingin sekali ada yang percaya bahwa kami bisa bekerja ada penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan untuk anak dan istriku.
Sungguh tak tega rasanya melihat keluarga hidup kesulitan, makan mie dan nasi saja sudah dianggap sebagai hidangan mewah. Untuk tempat tinggal jangankan rumah tinggal buat makan pun susah, betul kalau lagi benar-benar tidak ada bahan makananpun kadang ada kadang tidak ada.
Kami pernah tidak makan sampai harus menahan lapar, asal anak dan istri bisa makan. Kami dari semenjak kecil itu masih bisa main bola cuman setelah disuntik kuris berubah kaki kami jadi mengecil, tidak bisa bekerja sama sekali. Dan ditambah apalagi sekarang istri lagi menggandung mau melahirkan, sangat terlihat kerutan muka dengan penuh kesedihan. (Red)